Dalam dunia jurnalistik, kualitas sebuah berita tidak hanya terletak pada kelancaran penyampaian informasi, tetapi juga pada kedalaman dan struktur penyajiannya. Di balik setiap berita yang baik, terdapat fondasi kuat yang menjadi panduan para jurnalis dalam meramu peristiwa menjadi karya jurnalistik yang bermakna.
Fondasi itu adalah 5W + 1H, yaitu Who, What, Why, When, Where, dan How—sebuah formula klasik yang telah bertahan sejak awal perkembangan jurnalisme modern.
Apa kah Why 5W + 1H Penting ?
5W + 1H adalah pedoman yang memastikan sebuah berita memiliki informasi yang komprehensif dan dapat dipertanggungjawabkan. Dalam proses peliputan, seorang jurnalis tidak hanya menyajikan fakta, tetapi juga membangun konteks, menyusun alur peristiwa, hingga mendorong pembaca untuk memahami dan menginterpretasikan kejadian yang terjadi.
Fungsi ini semakin penting di era digital, di mana kecepatan dan banjir informasi kerap menggeser kualitas dan ketelitian. Tanpa prinsip dasar ini, berita hanya menjadi rangkaian kata tanpa arah; opini tanpa dasar; atau sekadar sensasi kosong.
Membedah 5W + 1H dalam Konteks Jurnalistik
1. Who (Siapa):
Siapa pihak yang terlibat? Apakah individu, instansi, kelompok, atau masyarakat? Pertanyaan ini membantu menentukan fokus dan subjek berita.
2. What (Apa):
Apa yang terjadi? Fakta utama harus disampaikan dengan jelas. Apakah ini kasus hukum, kebijakan, fenomena sosial, atau peristiwa budaya?
3. Why (Kenapa):
Apa alasan atau latar belakang peristiwa tersebut? Inilah poin yang membedakan jurnalisme dari sekadar laporan — ia menggali, menyelami sebab-akibat dan makna.
4. When (Kapan):
Kapan peristiwa terjadi? Elemen temporal memberi kedekatan dan urgensi pada berita.
5. Where (Di mana):
Di mana peristiwa berlangsung? Lokasi memberi konteks geografis dan memperkaya informasi bagi pembaca.
6. How (Bagaimana):
Bagaimana peristiwa terjadi? Bagaimana prosesnya, alurnya, dan dampaknya di lapangan?
5W + 1H di Era Disrupsi Informasi
Tantangan era digital adalah melimpahnya informasi tanpa validasi. Hoaks, framing, dan misinformasi menjamur di berbagai platform. Di sinilah prinsip 5W + 1H menjadi senjata utama dalam menjaga integritas jurnalistik.
Sebagai pembaca, kita juga dituntut untuk lebih kritis: apakah sebuah tulisan memenuhi elemen ini? Apakah penulis menyajikan fakta secara utuh dan seimbang? Jika tidak, maka kita harus sadar, mungkin itu bukan berita sejati — melainkan opini terselubung atau bahkan propaganda.( *** )

Posting Komentar
0Komentar