Tak banyak anak muda yang
berani mengambil risiko meninggalkan pekerjaan mapan di kota besar demi memulai
usaha di kampung halaman. Namun, Muhammad Tarmuji (29) membuktikan bahwa tekad,
kegigihan, dan inovasi bisa mengubah kegagalan menjadi kesuksesan.
Pemuda
asal Desa Dukuhwaru, Kecamatan Dukuhwaru, Kabupaten Tegal ini kini sukses
menjadi peternak muda dengan lebih dari 2.000 ekor domba yang dikelolanya di bawah bendera Muji Jaya Farm.
Tak hanya sukses secara
bisnis, Tarmuji juga aktif membagikan ilmu dan semangat kepada generasi muda
agar mau menekuni sektor pertanian dan peternakan.
Baca Juga : https://kabarirwan.blogspot.com/2025/10/bupati-tegal-akan-hapus-pbb-untuk-tanah.html
Gagal Bertani, Kehilangan Modal, dan Kembali Merantau
Kisah
Tarmuji tidak dimulai dari keberhasilan. Lulusan SMK jurusan teknik mesin ini
sempat bekerja sebagai teknisi di sebuah perusahaan perakitan sepeda motor di
kawasan Jabodetabek. Namun di usia 20 tahun, ia memilih mengundurkan diri dan
pulang ke kampung halaman dengan tekad mengembangkan usaha pertanian.
Bermodal
uang pesangon Rp30 juta
dan pengetahuan bertani dari YouTube, ia mulai menanam di lahan milik
keluarganya. Sayangnya, hasil panen jauh dari harapan. Dalam waktu tiga bulan,
seluruh modalnya habis.
“Setelah saya praktikkan,
ternyata hasilnya berbeda, tidak sesuai harapan. Uang saya habis semua,” kenang
Tarmuji kepada wartawan, Jumat (24/10/2025).
Gagal
total, Tarmuji pun kembali merantau ke Jakarta. Di sana ia bekerja serabutan —
pagi berjualan telur, siang memperbaiki motor, dan malam membantu kakaknya
berjualan nasi goreng. Kadang, ia juga diminta menjadi teknisi listrik di
perusahaan jasa perawatan gedung.
Hingga suatu hari,
pertemuannya dengan seorang pegawai bank lulusan pertanian menjadi titik balik
hidupnya. Pegawai itu tak hanya memberi motivasi untuk kembali ke desa, tapi
juga memberinya modal Rp1 juta secara cuma-cuma.
Dengan
modal kecil itu, Tarmuji memulai budidaya cacing tanah. Ia memanfaatkan kotoran sapi dari
kandang tetangga untuk pakan cacing. Usaha ini sempat diremehkan warga sekitar,
namun ia tak menyerah.
“Banyak yang menganggap saya
aneh, katanya anak muda kok kerjaannya ngumpulin kotoran sapi,” ujarnya sambil
tersenyum.
Hasil
kompos dari sisa pakan cacing ia olah menjadi pupuk organik dan pestisida
nabati. Semua diaplikasikan ke lahan pertanian beras ketan milik ayahnya.
Hasilnya, produktivitas meningkat dan harga jual panen melonjak.
Dari
keuntungan panen beras ketan, ia membangun kandang sapi kecil di samping rumah
dan membeli tiga ekor sapi. Dari sinilah konsep pertanian dan peternakan zero waste
mulai ia kembangkan.
Belajar ke Jepang, Pulang Membawa Ilmu dan Semangat Baru
Kerja
keras Tarmuji menarik perhatian Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian Kabupaten Tegal,
yang kemudian mengirimnya mengikuti program magang ke Jepang selama setahun.
“Di sana saya banyak belajar
soal efisiensi dan inovasi pertanian modern. Ilmunya saya terapkan di sini,
terutama dalam manajemen pakan,” jelasnya.
Sepulang
dari Jepang pada 2020, Tarmuji melihat peluang besar di sektor peternakan
domba. Permintaan daging kambing dan domba di Tegal tinggi, namun pasokan lokal
terbatas. Dengan 10 ekor domba sebagai modal awal, usahanya berkembang pesat
hingga kini memiliki dua kandang ternak besar seluas 1.750 meter persegi dengan
kapasitas 2.000 ekor.
Pemasok Warung Sate Ternama dan RPH Bersertifikat
Halal
Kini,
Muji Jaya Farm menjadi salah satu pemasok utama daging domba ke berbagai warung
sate ternama, seperti Sate Cempe Lemu di Tegal, serta ke sejumlah daerah lain
seperti Pemalang, Pekalongan, Kuningan, Bandung, hingga Jakarta.
Untuk
menjaga kualitas daging, Tarmuji membangun rumah pemotongan hewan (RPH)
tersertifikasi Badan
Penyelenggara Jaminan Produk Halal (BPJPH). Hal ini
memungkinkannya mengontrol sendiri proses penyembelihan hingga distribusi.
Menurutnya,
60 persen kualitas daging
ditentukan oleh pakan ternak.
Ia menggunakan campuran protein nabati seperti ampas tahu, CGF jagung, polar, singkong, dan ampas
kedelai untuk meningkatkan kualitas daging.
“Sate
empuk itu tidak datang begitu saja. Mulai dari genetik cempe, pola pakan,
sampai metode pemotongan semuanya harus dijaga,” ungkapnya.
Belajar Manajemen Bisnis dan Terapkan Sistem
Layaknya Perusahaan
Meski
sudah sukses, Tarmuji tak berhenti belajar. Ia kini tengah menempuh kuliah jurusan Manajemen di Universitas
Muhammadiyah Tegal (TMU) untuk memperkuat kemampuan bisnisnya.
Baca Juga :https://kabarirwan.blogspot.com/2025/10/pemkab-tegal-luncurkan-aplikasi-sip.html
Uniknya, ia menerapkan sistem
keuangan seperti perusahaan. “Saya sebagai pemilik tetap digaji setiap bulan,
sama seperti karyawan. Keuntungan perusahaan tidak saya ganggu untuk kebutuhan
pribadi, tapi diputar lagi untuk pengembangan usaha,” katanya.
Bagi Tarmuji, kesuksesan sejati bukan soal seberapa besar keuntungan, melainkan seberapa besar manfaat yang bisa diberikan kepada orang lain. Ia pun aktif membagikan pengalaman dan mengajak anak muda agar tidak malu menjadi petani atau peternak. ( *** )


